mereka keukeuh minta penjabaran ku tentang hubungan ku yang beda agama,
tentang betapa akan njelimet nya jalan yang akan aku tempuh,
tentang meyakinkan orang tua, tentang tempat menikah yang bisa men-sah-kan hubungan itu,
tentang bla.. bla..
tentang bla.. bla..
sampai sekarang pertanyaan itu urung aku jawab, yang ada cuma mengalihkan pembicaraan,
agama bagi mereka jelas suatu yang prinsip, keyakinan, ke-Tuhan-an,
surga dan neraka,harus begini, harus begitu dll, dll,
bagaimana mungkin mereka bisa menerima hubungan beda agama ini dengan penjelasan ku yang nyeleneh??
AGAMA, bagi ku itu “makanan”
apapun menu yang aku makan tujuan ku satu, kenyang!!,
tujuan dari kenyang ku itu untuk mempertahankan hidup ku, saat aku udah mati nanti,
jelas lah aku nggak perlu makan??
dulu,saat ada keinginan ku yang tak terpenuhi, aku akan menyebut nama Tuhan ku, mendekati nya, merayu-rayu nya..
merengek,agar menuruti aku,
saat semua keinginan ku terpenuhi,aku jadi cepat bosan, lalu aku meng-klaim bahwa hidup ini flat,
lalu aku kembali lagi mendekati Tuhan, mencari-cari alasan untuk mendapat hidup yang penuh tantangan
sekarang, setiap saat Dia ada (entah Tuhan yang mana), saat ada keinginan ku yang tak di penuhi-NYA,
aku tidak pernah lagi datang dan merayu nya, 27 tahun aku dipinjamkan begitu banyak nikmat, aku malu
dan merasa egois sekali kalau harus meminta lagi.
saat semua keinginanku terpenuhi, aku tetap bosan, tapi aku tidak menganggab hidup ini flat lagi,
karena saat seperti ini sekarang menjadi jarang sekali terjadi, karena keinginan ku yang semakin banyak dan
semakin muluk, (bukan mau negatif thinking kalo Tuhan nggak bisa menuhi semua keinginan muluk ku).
suatu hari aku dan lelaki ku, pernah membicarakan masalah ini (walau dengan cara yang tidak baik-baik)
tapi kesepakatan yang kami dapat sangat baik (entah untuk siapa),
aku dan dia yakin bahwa kami tidak akan bisa menikah, tapi kesepakatan selanjut nya, kami akan “bersama”
selama mungkin, (entah bagaimana pun bentuk ke-bersama-an itu)
aku dan lelaki ku, tetap dengan menu makanan kami masing-masing, walau kami duduk dalam satu meja,di satu warung,
walau seperti nya tak akan pernah makan dalam satu piring,
dan aku tidak berniat mencicipi makanan nya, begitu pula ia, aku larang untuk mencoba makanan ku,
mungkin bagi ku makanan dia terlalu pedas, dan mungkin baginya makanan ku terlalu asin,
0 komentar:
Posting Komentar